Kenapa Bitcoin Begitu Mahal
Pernahkah kalian berpikir mengapa harga segelas latte ataupun espresso saat ini semakin mahal? Padahal, Indonesia tercatat sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia pada 2022/2023 yang telah memproduksi kopi sebanyak 11,85 juta kantong, lho.
Meski Indonesia adalah salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, tetapi terdapat beberapa faktor yang membuat harga kopi saat ini semakin melambung tinggi, nih. Berikut sederet alasan mengapa harga kopi sangat mahal. Kira-kira kenapa, ya?
Media yang terlalu berlebihan
Media Inggris memang selalu melebih-lebihkan para pemain liga Inggris, terutama pemain berkebangsaan Inggris itu sendiri. Hal ini berdampak pada pemain yang hanya one season wonder ataupun hanya bermain bagus pada beberapa pertandingan tiba-tiba menjadi buah bibir dan harga mereka menjadi naik karena ulah media.
Contohnya, saat Andy Carroll memulai musim pertamanya di liga Inggris bersama Newcastle. Memang dia mencetak 11 gol dalam 19 pertandingan. Karena hal tersebut, media menyebutnya sebagai The Next Alan Shearer padahal ia baru saja menjalani setengah musim di kasta tertinggi liga inggris. Hingga pada akhirnya, dia dibeli Liverpool pada bursa transfer musim dingin dengan harga 35 juta pounds. Lebih mahal dari Luis Suarez yang hanya 26,5 juta pounds.
Hasil dari dua transfer tersebut sudah bisa kita lihat dengan Luis Suarez jauh lebih sukses dari Andy Carroll semasa bermain di Liverpool.
Kenaikan Harga Material Bangunan dan Lainnya
Laman Kompas.com pernah melansir kalau industri properti terkait dengan 185 sub sektor mulai dari semen, lantai, hingga furnitur.
Bayangkan kalau satu harga bahan material naik, maka hitung saja ongkos pembangunan rumah yang tentu ikut terdongkrak.
Sejumlah Alasan Kenapa Harga Rumah Mahal
Mengapa harga rumah di Indonesia dari waktu ke waktu semakin meningkat? Tidak dipungkiri kalau kenaikan inflasi memang ikut mendongkrak kenaikan harga properti.
Bagi yang belum tahu, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Badan Pusat Statistik pernah melansir data kalau laju pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 1,17% pada 2022.
Hal ini berdampak pada kenaikan jumlah penduduk, tentunya juga berimbas pada permintaan pada jumlah hunian yang dibutuhkan.
Presiden Joko Widodo mengeluarkan Program Sejuta Rumah untuk mengatasi pasokan rumah yang masih kurang selama ini.
Saat pasokan memang masih kurang tentunya hal ini ikut berkontribusi terhadap kenaikan harga rumah. Ingat hukum supply and demand (permintaan dan pasokan).
Kenaikan Harga Tanah
Mengapa properti mahal? Hal ini tidak terlepas dari harga tanah yang melambung tinggi ketika sudah menjadi kawasan residensial atau komersial.
Saat lahan belum menjadi perumahan, biasanya harga tanah memang masih terjangkau. Setelah ada pembangunan dan pengembangan, harga lahan pun naik.
Sekarang Banyak Klub Inggris Yang Kaya
Selain itu, alasan lain mengapa pemain berpaspor Inggris harganya mahal yakni karena banyak klub-klub Liga Inggris sekarang memiliki kekayaan berlimpah berkat para investor asing. Klub-klub Inggris ini rata-rata lebih kaya daripada kesebelasan di liga lainnya. Karena popularitas yang luas, peringkat hak siar televisi, dan biaya pemasukan yang otomatis tinggi. Hal ini yang membuat kondisi finansial kesebelasan Inggris lebih kuat.
Semakin kuat kondisi finansial sebuah kesebelasan, akan membuat mereka tak segan mengucurkan lebih banyak uang. Misalnya saja, ketika kesebelasan seperti Chelsea atau Manchester City datang menanyakan harga pemain ke sebuah klub, hanya klub bodoh yang akan meminta sedikit uang pada mereka.
Artinya, jika ada klub yang memiliki pemain muda berbakat asal Inggris dan diincar oleh klub besar, pastinya mereka akan menaikkan harga seenak jidat. Sebab, klub tersebut tahu bahwa klub yang mengincar pemainnya tersebut sanggup memenuhi harga yang mereka inginkan.
Dari beberapa faktor itu semua intinya adalah, ketika faktor kekuatan media ditambah dengan faktor kebutuhan dan disempurnakan oleh faktor peraturan, maka nilai harga pemain Inggris yang sebenarnya tidak terlalu spesial bisa menjadi berubah di luar nalar. Dan tren itu sepertinya akan terus berlanjut.
https://youtu.be/Nkga_lOXn5M
Sumber Referensi : thethletic, sportskeeda, givemesport
- Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, pengeluaran dari sebuah liga pada satu jendela transfer mencapai 1 miliar poundsterling. Liga Primer Inggris adalah pemecah rekor tersebut dengan 1,2 miliar pounds (sekitar 21 triliun rupiah) pada bursa transfer musim panas 2016 lalu.
Bayangkan uang sebanyak itu jika diuangkan secara fisik ke dalam lembaran 100 ribu rupiah, maka bisa dipakai untuk membuat lapangan sepakbola di Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi kolam uang.
Hebatnya lagi, jika pengeluaran dari seluruh kesebelasan dari La Liga Spanyol, Serie A Italia, dan Bundesliga Jerman digabungkan, ternyata masih kalah dengan pengeluaran dari seluruh kesebelasan di Inggris (termasuk Divisi Championship yang ada di peringkat lima soal pengeluaran musim panas ini). Ini artinya, sepakbola Inggris luar biasa menggeliat di bursa transfer kali ini.
Ada andil besar dari mayoritas kesebelasan Liga Primer di sini, di mana 14 kesebelasan berhasil memecahkan rekor transfer di kesebelasan mereka sendiri. Satu tokoh utama pastinya adalah pemain termahal di dunia saat ini yang merupakan nama baru, yaitu Paul Labile Pogba.
"Saya pikir sepakbola sudah gila, pasar (harga pemain) sudah gila," kata Jose Mourinho yang mungkin dengan "gila"-nya membeli Pogba dari Juventus dengan harga 89,3 juta pounds untuk membuatnya menaiki Chevrolet Camaro merah mengkilap ke Carrington, hanya sekadar supaya kita sadar kalau di dalamnya benar-benar Pogba, bukan Bebe.
"Jadi apa yang mahal dan tidak mahal di sepakbola?", tanya Mourinho. Meskipun bingung, kami akan coba bantu menjawabnya.
Liga Primer sangat merepresentasikan 'Brexit' . Maksudnya adalah kesebelasan-kesebelasan Inggris ingin menjalankan bisnis (transfer) dengan kesebelasan luar negeri, tapi sekaligus juga menciptakan pasar mereka sendiri yang terlalu tinggi nilainya.
Arsane Wenger, yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi memberikan pendapat yang spesifik mengenai cara kesebelasan Liga Primer berbisnis.
"Sekarang ini di Eropa ada dua pasar: satu (adalah pasar) untuk kesebelasan Inggris dan satu (pasar) lagi untuk kesebelasan Eropa lainnya," kata Wenger baru-baru ini, seperti dikutip dari
"Ketika pembeli adalah (kesebelasan asal) Inggris, harga bisa berlipat sampai dua, tiga atau kadang 10 kalinya. Jika sebuah kesebelasan Inggris tidak mengincar pemain tersebut, harganya mungkin 5 juta pounds. Jika kesebelasan Inggris tertarik, pemain itu bisa berharga 35, 40 juta, atau 50 juta pounds."
Grafis angka 6 liga dengan pengeluaran terbesar di jendela transfer musim panas 2016
Selama ini kesebelasan Liga Primer mungkin punya daya beli yang tinggi tapi mereka tidak memiliki daya tawar yang tiggi. Semakin ke sini, kecuali ketika Gareth Bale menjadi pemain termahal di dunia, pemain dari Liga Primer sulit untuk pindah ke luar Inggris dengan harga yang tinggi.
Kita bisa melihat dari kasus Joe Hart musim ini. Saat ia tidak terpakai oleh Pep Guardiola, Manchester City sampai rela ia dipinjamkan ke Torino sambil juga tetap membayar (sebagian) gajinya yang tinggi itu.
Begitu juga dengan Bastian Schweinsteiger yang sudah dibandrol murah, 2 juta pounds, tapi tidak kunjung menemukan kesebelasan baru karena tidak ada yang sanggup atau sudi membayar gajinya yang tinggi.
Pada dasarnya, ada beberapa alasan yang membuat Liga Primer bisa menghabiskan lebih dari 1 miliar pounds dalam satu jendela transfer. Alasan pertamanya adalah hasil dari keuntungan hak siar.
Kenaikan sebanyak 70% dari kesepakatan televisi domestiktak terelakkan lagi. Sementara ketika hak siar sudah disebar ke luar negeri, angkanya lebih mencengangkan lagi, yaitu 8,4 miliar pounds untuk tiga tahun ke depan.
Dan Jones, salah satu ahli keuangan di
, berujar bahwa hak siar Liga Primer bukan menjadi satu-satunya faktor. Faktor lainnya adalah pergantian banyak manajer di kesebelasan-kesebelasan papan atas serta berjayanya Leicester City yang membuat persaingan kesebelasan untuk lolos ke Eropa semakin intens.
"Ini seperti badai," kata Jones seperti yang kami kutip dari
"Anda mendapatkan semua faktor (yang mendukung) sekaligus. Jadi saya tidak bisa memprediksi jika jendela transfer tahun depan akan lebih besar daripada tahun ini."
Kesebelasan seperti Real Madrid atau Barcelona pasti sedang khawatir. Bagaimana tidak, kondisi finansial kesebelasan-kesebelasan Liga Primer lambat laun akan mengalahkan kedigdayaan kedua kesebelasan asal Spanyol tersebut dan juga kesebelasan-kesebelasan besar (tajir) Eropa lainnya.
Kita sedang tidak membicarakan kesebelasan atau pemain terbaik dunia. Karena jika topik utamanya adalah pemain terbaik dunia, kita mungkin bisa menemukan mayoritas dari 5 pemain terbaik dunia memang masih bermain di Liga Spanyol.
Namun, jika kita membicarakan hal yang lebih besar, seperti 100 pemain terbaik dunia, seperti kata Jones, "maka jelas sangat berat sebelah ke (Liga) Inggris."
Hal ini ditandakan secara jelas dengan Pogba sebagai pemain termahal dunia yang memilih Manchester United, yang akan menjadi pemicu bagi pemain yang memiliki label "pemain terbaik" lainnya untuk selanjutnya lebih memilih Inggris sebagai tujuan alih-alih Spanyol, Italia, Jerman, atau negara lainnya.
Foto: Action Images via Reuters/Carl Recine
Sepakbola sekarang bukan lagi soal menang atau kalah (atau imbang), tetapi soal bisnis dimana ekonomi, sosial, dan lingkungan juga berperan. Di saat ekonomi Inggris sedang mengalami krisis, rekor demi rekor pemecahan transfer pemain justru semakin marak terjadi tahun ini.
Pembenarannya, kesebelasan-kesebelasan Liga Primer bisa mengeluarkan 1,2 miliar pounds dalam satu jendela transfer adalah dari hasil sponsor, pemasukan siaran televisi yang sangat tinggi, dan banyak faktor lainnya.
Liga Primer menjual hak siar televisi dengan rekor 8,4 miliar pounds untuk tiga tahun ke depan. Tidak heran kita di sini, di Indonesia, agak kesulitan untuk menonton Liga Primer jika tidak berlangganan televisi kabel tertentu yang harganya juga tinggi.
Ini memang merupakan bisnis yang sangat menarik. Bagaimana tidak, karena kesebelasan, pemain, atau penyiar tidak mengalami kerugian sama sekali meskipun harga hak siar menjadi tinggi. Ketika konsumen tidak mampu membayar mahal untuk menonton Liga Primer, biasanya konsumen akan menyalahkan perusahaan televisi kabel mereka, bukan pemegang hak siar (di Indonesia adalah beIN Sports), bukan juga kesebelasan favorit mereka.
Pada tahun 2009, ketika dievaluasi sebagai bisnis normal, Liga Primer diprediksi akan bangkrut dalam dua tahun saja, artinya adalah tahun 2011. Tujuh tahun telah berlalu dan situasi masih belum juga berubah.
"Masih ada banyak ruang (bagi finansial) untuk berkembang. Banyak orang sebelumnya berkata bahwa kondisi pasar ini adalah puncaknya, tapi ternyata terus tumbuh. Jadi saya tidak berpikir kalau Anda bisa berkata bahwa (kondisi finansial) ini sudah mencapai puncaknya," kata Jones.
Jika pertanyaannya kemudian adalah "kenapa?", maka para pakar ekonomi pun belum bisa mendapatkan jawabannya. Kembali mengingatkan tulisan kami pada tahun 2014, sepakbola masih menjadi sebuah UFO (
financial object). Sepakbola benar-benar sebuah "barang" yang ajaib. Dan sepakbola Inggris terlalu populer untuk bangkrut.
Pengembangan Infrastruktur
Apa yang menjadi penyebab kenaikan harga tanah di daerah sekitar? Tentunya tidak terlepas dari pembangunan dan pengembangan infrastruktur.
Konsultan properti Colliers Indonesia pernah menyatakan setelah kehadiran MRT Jakarta, LRT Jakarta, atau ruas jalan tol biasanya langsung menaikkan harga permintaan rumah atau tanah.
Tidak pelak lagi kalau investor juga berperan dalam kenaikan harga rumah. Hal ini terkait dengan investasi properti yang mendatangkan cuan.
Berapa persen kenaikan harga rumah per tahun? Menurut Sekretaris Jenderal Real Estate Indonesia (REI) Hari Gania, kenaikan bisa mencapai 5% per tahun.
Nah, itulah sejumlah alasan kenapa harga rumah mahal. Ternyata, ada sederetan faktor yang ikut berpengaruh kepada nilai hunian.
Jika kamu berencana membeli rumah baru atau bekas melalui KPR (Kredit Pemilikan Rumah), jangan lupa mengecek skor kredit pada aplikasi Skorlife.
Jangan lewatkan sejumlah konten menarik lainnya dari blog Skorlife yang dapat menyajikan panduan mengenai pengaturan keuangan, investasi, dan lainnya.
Ibarat setelah makan di resto elit nan mewah, setelah itu tahu harganya sangat mahal, biasanya terbesit pikiran “kalau tau harganya mahal begini, tadinya makan di warteg saja bisa dapat 3 kali makan”. Seperti itulah umumnya restoran elit ketika mereka membandrol sajiannya dengan tawaran-tawaran menggiurkan.
Hal itulah yang persis menggambarkan harga para pemain Inggris sekarang ini di bursa transfer. Ibarat makanan mahal ala resto elit, walaupun rasanya mungkin sebelas dua belas sama warteg. Harga para pemain Inggris sekarang ini telah berubah.
Trennya menjadi mahal di bursa transfer. Lantas apa penyebabnya? Jawabannya sama seperti kenapa restoran elit itu harganya mahal. Ada beberapa faktor daya tarik yang menyertainya.
Faktor yang pertama terlihat jelas adalah media. Bagaimana seringnya pundit dan media-media Inggris terlalu menggembar-gemborkan para pemain Inggris. Kadang terkesan lebay dengan istilah “the next”. Seperti Andy Carroll ketika moncer di Newcastle, langsung dibilang “the next Alan Shearer”. Kemudian juga beberapa pemain yang secara performa dilebih-lebihkan seperti dulu ada Jack Wilshere, Danny Welbeck, dan masih banyak lagi. Dan lihat, mereka kini nasibnya kini seperti apa.
Akhir-akhir ini banyak ditemukan contoh kasus serupa seperti harga Jack Grealish yang ditebus dengan harga 100 juta pounds (Rp1,7 tirliun), kini di City mainnya seperti apa? Kemudian harga Sterling ketika dibeli City maupun kini dibeli Chelsea, harganya pun masih tergolong tinggi.
Belum lagi kapten abadi dunia akhirat Harry Maguire, Sancho, maupun Wan Bissaka ketika ditebus MU. Ramsdale dan Ben White yang ditebus Arsenal dari tim medioker dengan harga cenderung mahal. Ada juga Declan Rice yang dibandrol hingga 150 juta pounds (Rp2,6 triliun) meski sepi peminat. Memang sudah gila harga pasaran para pemain Inggris ini sekarang.
Memang, tak dipungkiri kualitas para pemain itu secara performa tak terlalu buruk-buruk amat. Bahkan dalam tim sebelumnya mampu berpengaruh besar. Dan tak jarang juga para pemain Inggris itu menjadi tulang punggung di klubnya. Namun tetap saja, mereka belum berada pada level untuk dihargai dengan nilai yang begitu tinggi.
Hal ini kadang berdampak pada pemain yang hanya “one season wonder” artinya hanya bermain bagus pada kurun waktu tertentu yang seketika menjadi buah bibir. Namun setelah itu tak tau kelanjutannya seperti apa.
Tentu faktor media bukan segalanya untuk mempengaruhi para pemain Inggris berharga mahal. Faktor lain yang menyertai ialah kebutuhan para klub-klub Inggris akan pemain berstatus “Homegrown Player”. Pemain yang masuk kriteria “Homegrown Player” adalah pemain berkebangsaan mana pun, tidak harus Inggris dan telah berada di klub yang terafiliasi dengan asosiasi sepakbola Britania Raya selama tiga tahun sebelum umur 21 tahun.
Jumlah “Homegrown Players” yang harus didaftarkan klub Inggris berjumlah 8 pemain dari total 25 pemain yang didaftarkan klub ke liga. Jika hanya ada 5 pemain saja, maka klub itu hanya bisa mendaftarkan pemainnya dengan total 22 pemain saja.
Aturan tersebut yang menjadikan kebutuhan akan pemain asli Inggris pun meroket. Peraturan ini sebenarnya cukup baik untuk memberdayakan pemain Inggris asli akademi agar bisa berkembang dan ikut bersaing di ketatnya kompetisi. Namun permasalahan yang terjadi adalah, kuota yang harus diisi oleh masing-masing tim sebanyak delapan pemain itu bukan jumlah yang sedikit.
Maka dari itu, sering para klub mengakalinya dengan menggunakan para pemain muda asli binaan yang belum matang sebagai penghangat bangku cadangan saja. Kalau semisal butuh untuk starting eleven, mereka biasanya akan mencari pemain Inggris yang kemampuannya sudah matang. Dan masalahnya, pemain seperti itu pasti sudah dibandrol mahal oleh klubnya karena tau banyak yang membutuhkannya.
Contohnya tim dengan banyak pemain asing adalah Manchester City. Maka klub kaya raya asal Manchester itu akan melakukan apa saja untuk mendapatkan pemain asli Inggris demi memenuhi kuota “Homegrown Player”. Terbukti Manchester City rela menggelontorkan uang dengan nominal besar untuk mendatangkan pemain seperti Sterling, Stones, Walker, Grealish maupun kini Kalvin Phillips.
Aturan homegrown player
Mungkin dengan adanya peraturan homegrown player yang diterapkan oleh liga yang membuat pemain asli Inggris menjadi sangat mahal. Dalam Premier League, setiap tim harus mempunyai minimal 8 homegrown player dari total 25 orang yang didaftarkan untuk bermain di liga.
Karena peraturan tersebut, klub-klub besar berebut untuk mencari bakat pribumi terbaik di mana berdampak pada harga pemain tersebut yang melonjak naik karena banyak yang memperebutkannya.
Pemain Inggris Lebih Suka Main Di Negerinya Sendiri
Dari faktor “Homegrown Player, sebenarnya kita bisa melihat dampak lain yang menyertai, kenapa pemain Inggris itu harganya cenderung mahal. Kita lihat pada sisi kebetahan beberapa pemain Inggris bermain di liga negaranya sendiri. Bahkan kalau dilihat dari skuad timnas Inggris sekarang, mayoritas diisi oleh para pemain yang bermain di Liga Inggris.
Menengok Liga Inggris sendiri, kini notabene tak dipungkiri banyak dijajah para pemain top luar Inggris. Maka dari itu, preferensi dan status eksklusif para pemain Inggris terutama yang main di timnas sangat menjadi rebutan dan harganya pasti menjulang tinggi.
Pemain Inggris ini juga bisa dibilang terlalu betah bermain di negara sendiri. Faktanya, ada banyak pemain Inggris yang mencoba peruntungan di luar tanah Britania dan malah berujung flop. Ambil contoh, Michael Owen saat pindah ke Real Madrid.
Meskipun begitu, di era sekarang ini banyak juga yang bisa dikatakan berhasil, seperti Tomori, Smalling, Young, maupun Tammy Abraham yang merantau di Serie A. Itupun semua juga pemain reject dari Liga Inggris. Ditambah kualitas Serie A yang tentu saja berbeda dengan Liga Inggris.
Di Jerman pun dulu ada pemain seperti Owen Hargreaves, Jadon Sancho, maupun kini Jude Bellingham. Bahkan sekarang Bellingham dibandrol dengan harga yang tak masuk akal hingga ratusan juta pounds.
Klub Inggris yang kaya raya
Klub Inggris banyak sekali yang memiliki banyak uang karena di samping pemilik klub yang kaya raya, hak siar yang di dapatkan pun adalah yang terbesar di antara semua liga. Jika ada klub kecil yang pemainnya diincar oleh klub besar, pastinya mereka menaikkan harga asli sang pemain karena mereka tahu kalau klub besar liga Inggris sangat sanggup memenuhi harga yang mereka inginkan.